Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa mengkonsumsi minyak ikan selama masa kehamilan dapat membantu perkembangan otak anak. Namun, menurut hasil penelitian di Spanyol menunjukkan, minyak ikan tidak berarti menjadikan intelektualitas anak tinggi saat ia berusia enam tahun.
Hasil penelitian yang dimuat di American Journal of Cinical Nutrition itu memperkuat hasil penelitian para ahli di Norwegia, yang juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat IQ di kalangan anak berusia 7 tahun, baik ibunya mengkonsumsi minyak ikan atau tidak pada saat hamil dan menyusui.
Para peneliti memang mendapati, anak-anak yang lahir dari ibu dengan tingkat docosahexaenoic acid (DHA) yang tinggi dalam sel darahnya saat mereka dilahirkan, memiliki skor intelejensia di atas rata-rata saat mereka berusia 7 tahun.
Tapi, yang menjadi pertanyaan besar, apakah menambahkan DHA pada asupan makanan ibu hamil benar-benar bermanfaat untuk bayi.
Para peneliti mengamati, tidak ada efek signifikan dari suplemen terhadap fungsi kognitif anak. Tapi, status DHA ibu mungkin berpengaruh pada fungsi kognitif iru di kemudian hari.
Selain itu, DHA dalam jumlah melimpah di darah ibu, bisa jadi didapat bukan semata-mata dari suplemen minyak ikan yang dikonsumsinya selama hamil. Sangat besar kemungkinan, DHA dalam darah ibu berasal dari makanan yang dikonsumsinya jauh sebelum masa kehamilan.
Penelitian itu juga tidak memeriksa asupan makanan yang dikonsumsi oleh anak setelah ia lahir. Sebab asupan gizi dari makanan anak juga berpengaruh pada perkembangannya kemudian.
Kemampuan kognitif anak selain itu juga dipengaruhi banyak faktor, seperti genetik, stimulus sosial, nutrisi dan lain-lain.
Jadi apakah ibu hamil perlu suplemen minyak ikan agar anaknya cerdas? Campoy, peneliti dari Universitas Granada Spanyol itu tidak bisa menjaminnya dan belum ada bukti ilmiah yang memastikan manfaatnya bagi bayi. Tapi ia menganjurkan agar minyak ikan itu tetap dikonsumsi ibu hamil.
Hasil penelitian yang dimuat di American Journal of Cinical Nutrition itu memperkuat hasil penelitian para ahli di Norwegia, yang juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat IQ di kalangan anak berusia 7 tahun, baik ibunya mengkonsumsi minyak ikan atau tidak pada saat hamil dan menyusui.
Para peneliti memang mendapati, anak-anak yang lahir dari ibu dengan tingkat docosahexaenoic acid (DHA) yang tinggi dalam sel darahnya saat mereka dilahirkan, memiliki skor intelejensia di atas rata-rata saat mereka berusia 7 tahun.
Tapi, yang menjadi pertanyaan besar, apakah menambahkan DHA pada asupan makanan ibu hamil benar-benar bermanfaat untuk bayi.
Para peneliti mengamati, tidak ada efek signifikan dari suplemen terhadap fungsi kognitif anak. Tapi, status DHA ibu mungkin berpengaruh pada fungsi kognitif iru di kemudian hari.
Selain itu, DHA dalam jumlah melimpah di darah ibu, bisa jadi didapat bukan semata-mata dari suplemen minyak ikan yang dikonsumsinya selama hamil. Sangat besar kemungkinan, DHA dalam darah ibu berasal dari makanan yang dikonsumsinya jauh sebelum masa kehamilan.
Penelitian itu juga tidak memeriksa asupan makanan yang dikonsumsi oleh anak setelah ia lahir. Sebab asupan gizi dari makanan anak juga berpengaruh pada perkembangannya kemudian.
Kemampuan kognitif anak selain itu juga dipengaruhi banyak faktor, seperti genetik, stimulus sosial, nutrisi dan lain-lain.
Jadi apakah ibu hamil perlu suplemen minyak ikan agar anaknya cerdas? Campoy, peneliti dari Universitas Granada Spanyol itu tidak bisa menjaminnya dan belum ada bukti ilmiah yang memastikan manfaatnya bagi bayi. Tapi ia menganjurkan agar minyak ikan itu tetap dikonsumsi ibu hamil.
0 komentar: